CANDI RATU BOKO, BANGUNAN YANG PERNAH TERKUBUR SE-ABAD
Kali ini kami KIM Kanuruhan Travel akan mengajak anda berjalan-jalan ke tempat wisata bersejarah di daerah Yogyakarta, Jawa Tengah, yaitu Ratu Buko. Anda yang berada di luar kota yang ingin mengunjungi Candi Plaosan ini, jangan khawatir karena kami juga akan menawarkan paket Travel Malang Jogja ataupun Travel Jogja Malang.
Istana Ratu Boko adalah sebuah bangunan megah yang sekian lama terkubur oleh pepohonan dan semak belukar, reruntuhan kompleks tersebut ditemukan pertama kali oleh Van Boeckholtz pada tahun 1790. Seabad kemudian, tepatnya tahun 1890, FDK Bosh mengadakan riset arkeologis tentang kompleks peninggalan tersebut.
Ingin berliburan di Yogyakarta? Silahkan hubungi kami KIM Kanuruhan Travel yang siap mengantarkan ke tempat wisata tujuan anda dengan jasa paket wisata dari kami, selain itu kami juga menyediakan paket Travel Malang Jogja ataupun Travel Jogja Malang untuk anda yang berada di luar Kota Yogyakarta.
Dalam catatan sejarah lain, keturunan Rakai Panabwara meneruskan kekuasaan ayahandanya di tempat itu. Peninggalan yang masih terlihat dari raja itu adalah tulisan “Panabwara” yang merupakan nama Raja Rakai Panabwara yang terukir pada gapura Keraton Ratu Boko.
Istana Ratu Boko adalah sebuah bangunan megah yang sekian lama terkubur oleh pepohonan dan semak belukar, reruntuhan kompleks tersebut ditemukan pertama kali oleh Van Boeckholtz pada tahun 1790. Seabad kemudian, tepatnya tahun 1890, FDK Bosh mengadakan riset arkeologis tentang kompleks peninggalan tersebut.
Latar belakang Gunung Merapi menjulang tinggi di sisi utara dan perbukitan yang diselingi dengan sawah menghijau di sekelilingnya menambah dramatis suasana yang disuguhkannya. Dengan bentuk arsitektur yang menawan, di mana sentuhan unsur Budha dan Hindu bersanding saling mengisi satu sama lain, menyiratkan sebuah harmoni.
Terletak pada ketinggian 196 meter di atas permukaan laut, kompleks bangunan yang tersusun dari batuan andesit ini sangat menarik untuk dinikmati. Dengan luas sekitar 250.000 meter persegi, Keraton Ratu Boko merupakan salah satu maha karya arsitektural bangsa Indonesia pada jaman dahulu. Keteraturan dalam penataan bentuk fisik dan fungsi suatu bangunan, serta keseimbangan dengan alam sekitarnya merupakan prinsip yang mendasari pembangunan Keraton Ratu Boko. Kompleks Keraton Ratu Boko yang dibangun mengikuti kontur perbukitan ini, sehingga kita harus sedikit mengeluarkan tenaga ekstra saat menjelajahinya, terbagi ke dalam empat bagian, yaitu bagian barat, bagian tengah, bagian timur, dan bagian tenggara.
Sejauh mata memandang, bagian barat merupakan suatu perbukitan yang dipenuhi pepohonan. Bagian tengah diisi oleh gapura utama berbentuk paduraksa dengan pintu utama yang diapit oleh dua pintu pendamping. Untuk memasukinya, kita harus menaiki anak tangga yang relatif cukup tinggi. Kemudian, lapangan rumput yang menghijau terhampar luas, Candi Pembakaran yang juga disebut sebagai candi batu putih karena memang tersusun dari batu gamping, kolam, batu berumpak, dan Paseban yang berfungsi sebagai ruang tamu untuk menghadap raja kala itu. Sementara itu, bagian timur meliputi kompleks Gua Lanang dan Gua Wadhon yang dulu dibuat dengan cara melubangi batuan sedimen Breksi Pumis, stupa Akshobya, dan kolam. Pendopo, bala-balai, tiga candi kecil, kolam, dan kompleks Keputren berdiri di bagian tenggara.
Ingin berliburan di Yogyakarta? Silahkan hubungi kami KIM Kanuruhan Travel yang siap mengantarkan ke tempat wisata tujuan anda dengan jasa paket wisata dari kami, selain itu kami juga menyediakan paket Travel Malang Jogja ataupun Travel Jogja Malang untuk anda yang berada di luar Kota Yogyakarta.
Sejarah mencatat setidaknya ada dua raja pernah menguasai tempat ini. Kompleks bangunan ini pertama kali dibangun oleh seorang Raja Mataram Kuno yang berasal dari Dinasti Syailendra, Rakai Panangkaran yang beragama Budha antara tahun 746-784 masehi.
Disebutkan bahwa raja itu mengasingkan diri untuk menemukan kedamaian abadi dengan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa di suatu bukit bernama Abhayagiri Vihara. Abhaya berarti tidak ada bahaya, Giri mempunyai arti bukit atau gunung, dan Vihara berarti asrama atau tempat. Secara harfiah, kata tersebut mengandung pengertian suatu asrama atau tempat para bhiksu yang terletak di atas bukit yang penuh dengan kedamaian. Peninggalan bercorak Budha, yaitu stupa Akshobya ditemukan di depan Gua Lanang yang terdapat symbol Lingga di dalamnya.
Disebutkan bahwa raja itu mengasingkan diri untuk menemukan kedamaian abadi dengan mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa di suatu bukit bernama Abhayagiri Vihara. Abhaya berarti tidak ada bahaya, Giri mempunyai arti bukit atau gunung, dan Vihara berarti asrama atau tempat. Secara harfiah, kata tersebut mengandung pengertian suatu asrama atau tempat para bhiksu yang terletak di atas bukit yang penuh dengan kedamaian. Peninggalan bercorak Budha, yaitu stupa Akshobya ditemukan di depan Gua Lanang yang terdapat symbol Lingga di dalamnya.
Pada periode berikutnya, Abhayagiri Vihara berubah menjadi Keraton Walaing, mengikuti nama Raja Rakai Walaing pu Kumbhayoni yang menguasai tempat tersebut pada tahun 856-863 masehi. Hal ini sesuai dengan apa yang tertulis dalam Prasasti Mandyasih. Berlatar belakang agama Hindu, beliau menambahkan elemen Hindu pada kompleks bangunan tersebut. Maka tidaklah mengherankan apabila di sana ditemukan tiga candi kecil, Lingga dan Yoni, patung Dewi Durga dan Ganesha. Lempengan emas yang bertuliskan “Om Rudrayanamahswaha” sebagai bentuk pemujaan terhadap Dewa Rudra yang merupakan nama lain dari Dewa Siwa turut melengkapi elemen Hindu di Keraton Ratu Boko. Perpaduan apik antara elemen Budha dan Hindu yang terbentuk dalam karya arsitektural seolah menegaskan adanya toleransi umat beragama kala itu.
Setelah sekian lama terkubur oleh pepohonan dan semak belukar, reruntuhan kompleks tersebut ditemukan pertama kali oleh Van Boeckholtz pada tahun 1790. Seabad kemudian, tepatnya tahun 1890, FDK Bosh mengadakan riset arkeologis tentang kompleks peninggalan tersebut. Ia membuat laporan tentang penemuan kepurbakalaan itu dengan judul Kraton Van Ratoe Boko. Kondisi kompleks Keraton Ratu Boko yang rusak parah kemungkinan besar terjadi karena faktor alam seperti yang dialami oleh bangunan besar monumental lainnya, yaitu Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Pergeseran sistem kepercayaan penduduk sekitarnya juga membuat Kompleks Keraton Ratu Boko seolah “diacuhkan” selama ratusan tahun.
Untuk mancapai Candi Ratu Boko tidaklah sulit, apabila Petualang memulai dari jogja bisa menuju arah timur dahulu ke arah Prambanan lalu sebelum sampai candi prambanan (pertigaan pasar Prambanan) silakan untuk belok kanan menuju piyungan. Sekitar 5 menit perjalanan, lihat penunjuk arah parkir Candi Boko.
Menarik sekali bukan Candi Ratu Boko ini? Untuk anda yang berada di luar kota Yogyakarta, dan ingin mengunjungi Candi Ratu Boko. Jangan khawatir karena kami KIM Kanuruhan Travel siap mengantarkan anda dengan Travel Malang Jogja ataupun Travel Jpogja Malang yang terjamin keamanan dan kenyamanannya.